Indahnya Gumuk Pasir Sumalu || Pasir Berbisik

Toraja salah satu suku di Indonesia yang terletak di pedalaman Prov. Sulawesi Selatan yang sudah terkenal di berbagai belahan dunia karena memiliki keindahan alam yang begitu indah dan tentu memiliki budaya yang sangat unik maka tidak heran jika setiap tahunnya ramai dikunjungi oleh wisatawan nusantara maupun dari luar negeri.

Memiliki budaya unik yang beragam dan masih tetap dipertahankan sampai sekarang menjadikan daerah Toraja sebagai salah satu Destinasi Impian dan menarik untuk dikunjungi oleh para traveler.
Alam Toraja yang berbukit-bukit menyajikan pesona alam yang sangat mempesona. Dengan deretan hamparan persawahan yang hijau yang berbentuk teras memberi ketenangan dan kedamainan jiwa yang begitu terasa.

Pilihan destinasi yang ada di Toraja cukup beragam salah satunya adalah Gumuk Pasir Sumalu yang terletak di Sumalu Kec. Rantebua Kab. Toraja Utara Prov. Sulawesi Selatan dengan jarak kurang lebih 25 Km dengan waktu tempu 45 menit sampai 1 jam dari Kota Rantepao yang merupakan ibukota Kab. Toraja Utara.

Menyusuri jalan yang berbelok-belok melewati perkampungan, perbukitan dan persawahan dengan keindahan alam sekitar yang begitu indah menjadi teman perjalanan anda menuju ke Gumuk Pasir Sumalu.
Gumuk Pasir Sumalu merupakan kawasan bukit pasir yang berwarna hitam yang eksotis yang hampir mirip dengan Gumuk Pasir yang ada di Parangkusumo Yogyakarta. Dengan bentuknya yang berbukit-bukit menjadikan tempat ini sebagai tempat yang sangat baik untuk selfi foto, prewedding foto ataupun untuk fotografi.

Keheningan tempat ini akan pecah manakala hembusan angin yang sepoi-sepoi perlaha-lahan menggeser butiran pasir yang menimbulkan suara bagaikan bisikan dari alam untuk menyapa para pengunjung.
Tak sedikit dari pengunjung yang menghabiskan banyak waktu ditempat ini untuk berfoto dan bermain pasir dengan meluncur dari atas puncak bukit pasir.

Jadi, tempat ini bisa menjadi salah satu spot yang akan anda kunjungi ketika berwisata di Toraja.
Bagi anda yang masih bingung bagaimana mengatur perjalanan ke tempat ini dan masih butuh informasi yang lebih jauh jangan ragu-ragu untuk menghubungi kami:
Phone /WA: 081 340 397 395
Email: yus.to.raja@gmail.com
Dengan senang hati kami siap membantu.
Salam Wisata ...

MA'NENE CEREMONY = RESPECTING ANCESTORS

MA'NENE is the ceremony held in the complex of the grave by cleaning the grave, changing the wrap of the corpse and the clothes of the statues or the door of the grave and giving an offering to the ancestors.This ceremony aims at respecting ancestors and is done after the harvest.


.



FUNERAL CEREMONY "Rambu Solo" in TORAJA


RAMBU SOLO
Toraja people was have unique traditional ceremony that it’s interesting to be seen, it’s called “RAMBU SOLO”. Rambu Solo is customary ritual death in Toraja society that aim to respect the spirit and the people who deliver death to the spirit, which is returned to the immortality with their ancestors in a place of peace, called puyo, which is located in the south where people live. The ceremony is often also called the completion ceremony of death.
Therefore, local people consider this very important ceremony, because perfection ceremony will determine the position of this spirit is the person who died, the soul reaches the level of the gods (to-membali puang), or become a paton deity (deata). In this context, the ritual sign SOLO into a “duty”. In the belief of ALUK, soul or someone who died must be delivered so that he can reach heaven (puyo). Rambu Solo is a delivery. If family did not carry Rambu Solo, soul of the deceased will be rumble. So with all the power effort, a certain kinship will conduct this ceremony. 
In addition, there are also various interesting activities are held during the ceremony of RAMBU SOLO are :
  • Ma’pasilaga tedong (buffalo fighting). Competed buffalo in Toraja has unique characteristics horns curved down or crusted striped called Tedong Bonga. This type of water buffalo (babalus bubalis – mud buffalo) is endemic species in Toraja
  • Sisemba. People compete their foot or leg each other
  • Dances ritual of Rambu Solo’. Namely: M’badong, Ma’dondi, Ma’randing, Ma’katia’, Ma’papangngan and Massailo. On Ma’badong, guest were standing around while holding onto hands. Then they sing and dance together. Strain of their song describes the sadness.
  • Instrumental music called Pa’pompang, Pa’dalidali and Unnosong
  • Ma’tinggoro Tedong (slaughter the buffalo). How to slaughter the buffalo on this ceremony is unique, cut the neck with a single swing of chopper. Buffalo is firt tethered on a stone called Sibuang Batu. Buffalo butcher (patinggoro tedong) swing the chopper in a moment

HIGHLIGHT TORAJA TOUR 4D/3N

  • Traditional villages
  • Unique architecture of Toraja traditional houses shaped bout with bamboo roof
  • Ancient graves (Cut rock graves, hanging graves, baby graves on a living tree)
  • Funeral Ceremony
  • Buffalos fighting
  • Learn ikat weaving, wood carving techniques and statues
  • Traditional market
  • Traditional food
  • Local production of Arabica and Robusta coffee
  • Soft treking (duration 2-3 hours) 
  • Beautiful scenery
  • Toraja handicrafts (wood carving, necklaces, bracelets, ring, Toraja woven fabrics, statues and many other)
  • Special treking 2 days spend one night on the local houses with the local people
Find your own tour and get the real satisfaction

Karakter Wanita TORAJA

Wanita Toraja memegang peranan penting dan kedudukan yang setara dengan laki-laki dalam keluarga, adat dan sistem ekonomi. Oleh karena itu secara normatif tidak ada diskriminasi wanita dalam masyarakat Toraja. Jadi tidak usah takut kalau semua urusan adat, keluarga dan keuangan dilimpahkan kepadamu...
Wanita Toraja adalah type pekerja keras oleh karena itu ada ungkapan Toraja "La'bi melo tu mamma'-mamma' nayatu leppeng - La'bi melo tu sumalong-malong nayatu ma'dokko-dokko - Apa la'bi melo tu mengkarang nayatu sumalong-malong, yang artinya adalah: Lebih baik tidur-tiduran (baring-baring) dari pada tidur nyenyak - Lebih baik jalan-jalan dari pada duduk-duduk - Namun yang terbaik adalah bekerja daripada jalan-jalan.
Wanita Toraja sedari dulu sudah dibiasakan menjunjung tinggi harga diri mereka dari pada materi. Oleh karena itu ada ungkapan Toraja "Tae' na pada kale tu barang apa" yang artinya: Tubuh manusia itu tidak dapat dinilai dengan uang dan harta. Meskipun memang harga diri perlu didukung dengan kekayaan tetapi hal itu dipahami orang Toraja harus didapatkan melalui usaha yang halal dan kerja keras.
Jadi anggapan kebanyakan lelaki, bahwa wanita Toraja menikah atas dasar uang dan materi SALAH BESAR... 
Wanita Toraja memiliki tingkat kesetiaan dan loyalitas yang sangat tinggi, hal itu dikarenakan kebudayaan dan adatnya yang membiasakan mereka untuk bertanggung jawab dan setia dengan sepenuh hati...